Back

USD/IDR Masih Tertekan, Rupiah Indonesia Sempat Sentuh Level 16.250

  • Pasangan mata uang USD/IDR memantul dari level support 16.250, hingga mencapai 16.330-an sejauh ini.
  • Keterlambatan penerbitan laporan APBN Indonesia bulan Januari 2025 membuat para investor gelisah.
  • Kekhawatiran terhadap memburuknya perekonomian AS akan membuat Greenback terus mengalami aksi jual.

Rupiah Indonesia (IDR) memantul dari level support 16.250 terhadap Dolar AS (USD) pada perdagangan di sesi Asia, yang sekarang tengah bergerak di 16.330-an sejauh ini. Pasangan mata uang USD/IDR ditutup lebih rendah pada hari Rabu di 16.287 dari level pembukaanya di 16.386. Selain karena melemahnya Dolar AS akibat data ADP yang lemah dan membaiknya sentimen risiko, penguatan Rupiah ini juga didorong oleh aksi jual USD yang dilakukan bank-bank Asing.

Para investor gelisah karena keterlambatan penerbitan laporan bulanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 Indonesia untuk periode Januari. Keterlambatan ini telah memicu kekhawatiran atas kondisi keuangan pemerintah setelah Presiden RI Prabowo Subianto memerintahkan perombakan besar-besaran dalam rencana belanja dan pendapatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri, seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg.

Hingga hari Rabu, pemerintah Indonesia belum menerbitkan laporan saldo APBN per Januari 2025. Menurut Kementerian Keuangan, keterlambatan ini disebabkan oleh jadwal yang padat. Keterlambatan ini telah menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan pemerintah untuk mengelola keuangan negara secara efektif, yang memunculkan sentimen risk-off di pasar.

Sementara itu, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia (BI) meningkatkan insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk dana pihak ketiga (DPK) menjadi 5% mulai 1 April 2025. Dengan demikian, likuiditas perbankan yang tersedia diharapkan akan meningkat. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, kebijakan ini bertujuan untuk mendorong kredit perbankan ke sektor riil, terutama ke sektor-sektor yang memiliki dampak besar pada penciptaan lapangan kerja.

Di Amerika, Laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP AS untuk bulan Februari mencatat penambahan 77.000 lapangan pekerjaan baru, jauh di bawah prakiraan sebesar 140.000. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan dengan penambahan 186.000 lapangan pekerjaan pada bulan Januari.

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur USD terhadap enam mata uang utama, diperdagangkan di sekitar 104,30-an pada saat berita ini ditulis. Greenback terus tertekan karena meningkatnya kekhawatiran terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi AS setelah rilis data data ADP AS yang lebih lemah dari yang diharapkan. Selain itu, Dolar AS juga tertekan karena membaiknya sentimen risiko di pasar keuangan setelah Trump melakukan perubahan pada tarif untuk mengecualikan penerapan tarif sebesar 25% pada produsen mobil Meksiko dan Kanada selama satu bulan.

Dengan semakin tingginya harapan terhadap pemangkasan suku bunga The Fed di saat ekonomi AS memburuk, DXY mungkin akan melemah dan jika tekanan jual terus berlanjut, indeks ini berpotensi mencapai level 103,00 dalam waktu dekat, yang akan membuat Rupiah Indonesia bisa terus mempertahankan penguatannya.
 

EUR/JPY Melanjutkan Kenaikan di Atas 161,00 Menjelang Keputusan Suku Bunga ECB

Pasangan EUR/JPY melanjutkan rally ke sekitar 161,15 selama awal sesi Eropa.
مزید پڑھیں Previous

Valas Hari Ini: Perhatian Pasar Beralih ke Keputusan Kebijakan ECB

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Kamis, 6 Maret: Setelah hari perdagangan yang sangat volatil, pasar finansial tetap relatif tenang di awal hari Kamis saat para investor menunggu pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB)
مزید پڑھیں Next