Back

USD/IDR Pulih Sedikit, Rupiah Melemah ke 16.443, Waspadai FOMC dan Ketegangan Geopolitik

  • Rupiah Indonesia melemah tipis ke kisaran 16.443, bias bearish masih membayangi USD/IDR karena tekanan jual sebelumnya.
  • Data ekonomi AS yang kuat, termasuk NFP dan PMI Jasa, mendukung Dolar di tengah ketidakpastian tarif dagang Trump.
  • Ketegangan geopolitik dan fokus pada FOMC menjadi katalis utama pergerakan pasar dalam waktu dekat.

Nilai tukar pasangan mata uang USD/IDR menunjukkan tanda-tanda pemulihan tipis pada perdagangan Selasa ini di siang hari sesi Asia, setelah tekanan jual kuat yang mendorong harga mendekati area support penting. Rupiah Indonesia (IDR) saat ini tengah diperdagangkan di kisaran 16.443 per Dolar AS (USD), lebih lemah dari harga pembukaannya yang tercatat di 16.430. Bias bearish masih membayangi pergerakan pasangan mata uang ini bersama dengan ketidakpastian di pasar global.

Ekonomi Indonesia pada Kuartal 1 2025 terkontraksi 0,98% secara kuartalan, lebih dalam dari ekspektasi. Secara tahunan, pertumbuhan melambat menjadi 4,87%, terlemah sejak Kuartal 3 2021. Perlambatan investasi, penurunan belanja pemerintah, dan tekanan global menjadi faktor utama, meskipun konsumsi rumah tangga dan sektor pertanian masih menunjukkan ketahanan, seperti yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada hari Senin, 5 Mei 2025.

Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh data ekonomi dan ketegangan geopolitik global. Survei Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan pada hari Senin bahwa pertumbuhan di sektor jasa AS pada bulan April meningkat. PMI Jasa ISM naik ke 51,6 dibandingkan 50,8 pada bulan Maret dan prakiraan 50,6. Data ini dirilis setelah laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang juga menunjukkan tren pertumbuhan pekerjaan yang lebih baik dari ekspektasi, meskipun ada kebijakan tarif baru dari Presiden Donald Trump. Data ketenagakerjaan yang kuat ini meredakan kekhawatiran resesi dan memberikan dorongan awal pada Dolar AS.

Meski begitu, Indeks Dolar AS (DXY) mulai kembali tertekan di sesi Asia karena ketidakpastian kebijakan perdagangan Trump, termasuk pengumuman tarif 100% atas film impor. Di sisi lain, ketegangan geopolitik turut memperkuat sentimen risk-off. Rusia melaporkan serangan drone Ukraina ke Moskow selama dua malam berturut-turut, yang memaksa penutupan tiga bandara utama. Ukraina juga menyerang infrastruktur listrik di Kursk. Di Timur Tengah, Israel yang disebut-sebut berkoordinasi dengan AS, meluncurkan serangan udara ke pelabuhan Hodeidah, Yaman, menyusul serangan rudal Houthi ke Bandara Internasional Ben Gurion.

Para pelaku pasar kini mengalihkan perhatian pada pertemuan FOMC selama dua hari yang dimulai Selasa ini. Dengan taruhan terhadap penurunan suku bunga bulan Juni yang semakin memudar. Menurut alat CME FedWatch, pasar hampir sepenuhnya memprediksi bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil di kisaran 4,25%-4,50%. Pernyataan kebijakan serta komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Rabu akan menjadi fokus utama pasar global yang dapat menjadi pemicu utama pergerakan Dolar AS dan tentunya akan memengaruhi pasangan mata uang USD/IDR.

Para pejabat The Fed telah menyatakan bahwa penyesuaian kebijakan moneter akan menjadi tepat hanya jika mereka melihat kerusakan di pasar tenaga kerja dan ekonomi. Namun, data Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk bulan April menunjukkan tren pertumbuhan pekerjaan yang lebih baik dari yang diprakirakan meskipun ada kebijakan tarif oleh Presiden Donald Trump.

Pertanyaan Umum Seputar TARIF

Meskipun tarif dan pajak keduanya menghasilkan pendapatan pemerintah untuk mendanai barang dan jasa publik, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Tarif dibayar di muka di pelabuhan masuk, sementara pajak dibayar pada saat pembelian. Pajak dikenakan pada wajib pajak individu dan perusahaan, sementara tarif dibayar oleh importir.

Ada dua pandangan di kalangan ekonom mengenai penggunaan tarif. Sementara beberapa berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk melindungi industri domestik dan mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, yang lain melihatnya sebagai alat yang merugikan yang dapat berpotensi mendorong harga lebih tinggi dalam jangka panjang dan menyebabkan perang dagang yang merusak dengan mendorong tarif balas-membalas.

Selama menjelang pemilihan presiden pada November 2024, Donald Trump menegaskan bahwa ia berniat menggunakan tarif untuk mendukung perekonomian AS dan produsen Amerika. Pada tahun 2024, Meksiko, Tiongkok, dan Kanada menyumbang 42% dari total impor AS. Dalam periode ini, Meksiko menonjol sebagai eksportir teratas dengan $466,6 miliar, menurut Biro Sensus AS. Oleh karena itu, Trump ingin fokus pada ketiga negara ini saat memberlakukan tarif. Ia juga berencana menggunakan pendapatan yang dihasilkan melalui tarif untuk menurunkan pajak penghasilan pribadi.


 

Bank Negara Malaysia Diprakirakan Tahan Suku Bunga pada 3,00%, Namun Penurunan Mungkin Terjadi di Akhir 2025

Pada tanggal 8 Mei, Bank Negara Malaysia (BNM) diprakirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya tetap di 3,00%, yang telah dipertahankan sejak sejak Mei 2023.
مزید پڑھیں Previous

Harga Minyak Mentah Hari ini: Harga WTI Bullish pada Pembukaan sesi Eropa

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik pada hari Selasa, di awal sesi Eropa. WTI diperdagangkan di $57,68 per barel, naik dari penutupan hari Senin di $57,00
مزید پڑھیں Next